Harga Barang Jelang Puasa Siap Naik , Dolar AS Masih Perkasa

Rupiah terhadap dolar AS terus mengalami tekanan. Melemahnya nilai tukar rupiah telah mencapai tiga minggu dari nilai tukar dolar di atas Rp 13.700.

Kepala Riset Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menjelaskan, dengan harga dolar yang tinggi akan mempengaruhi harga menjelang puasa dan lebaran.

"Yang harus diperhatikan adalah puasa dan lebaran cepat, impor akan tinggi, bulan puasa pasti ada tanggal, bukan?" Impor harus diimpor dari Timur Tengah dan India, impor daging juga akan masuk, ini pasti akan membebani, "kata Lana.

Dia menjelaskan, harga bahan baku impor akan menguat seiring menguatnya dolar. Dia khawatir jika harganya terlalu tinggi maka akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, padahal seharusnya bulan puasa yang memasuki kuartal kedua tahun ini bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

"Jika harganya sangat mahal, ketakutannya adalah tidak ada yang mau membelinya, dan ini akan mengganggu konsumsi yang bisa mempengaruhi potensi pertumbuhan ekonomi di kuartal II," kata Lana.

Lana mengatakan, sebenarnya harga barang di luar negeri tidak meningkat, namun setelah masuk ke Indonesia naik akibat konversi ke nilai tukar. Menurutnya ini akan membebani masyarakat dan takut tidak mencapai pertumbuhan ekonomi akibat turunnya konsumsi rumah tangga.

Samuel Aset Manajemen memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional berkisar antara 5,08% sampai 5,15%. "Sektor riil harus dipertimbangkan untuk mendorong pertumbuhan, jika kuartal II tidak 5,3%, sulit untuk mencapai target pemerintah sebesar 5,4%," tambahnya.