Nyak Sandang (91) duduk bersila dan punggungnya bersandar di dinding rumah. Pada usia hampir satu abad, kakek dari 20 cucu ini tetap semangat mendongeng. Ingatannya sangat kuat. Hanya saja, matanya tidak bisa melihat dan pendengar mulai berkurang. Dia pernah bertempur melawan Belanda untuk bergabung dalam usaha patungan untuk membeli pesawat Indonesia pertama.
Sandang masih mengingat undangan untuk membeli pesawat tersebut setelah Gubernur Aceh dan Gubernur Militer saat itu Abu Daud Beureueh berceramah di halaman masjid di Calang, Aceh Jaya, Aceh. Semua orang pada saat itu dengan penuh semangat datang ke tempat kejadian untuk mendengar pidato nomor satu di Tanah Rencong.
Dalam pidatonya yang penuh gairah, David membakar semangat rakyat dan mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara yang dimiliki rakyat. Daud menyampaikan post-independence, Indonesia membutuhkan pesawat untuk mudah terhubung dengan negara luar. Karena itu, Indonesia adalah negara yang kaya. Hubungan dengan negara asing diperlukan.
Kakek Sandang masih teringat saat menghadiri kuliah. Pada awal pidato tersebut, Daud mengungkapkan pertemuan Presiden Soekarno dengan dirinya sendiri di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Setelah berpidato, semua ulama di Aceh Jaya dikumpulkan. Daud Beureueh membahas dengan para ilmuwan bagaimana mengumpulkan uang untuk membeli pesawat terbang.
"Inilah ulama yang sangat terkenal Abu Sabang (Muhammad Idarus). Warganya disini, semua mendengar apa yang dikatakan Abu Sabang Jika Abu mengatakan kita mengumpulkan uang untuk membeli pesawat terbang, semua berkontribusi," kata Sandang saat ditemui di rumahnya di Desa Lhuet. , Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, Aceh, Selasa (6/7/2018).
Orang-orang tergerak pada saat itu dengan undangan untuk membeli pesawat terbang. Soalnya, tiga tahun pascapersalinan, warha berusia 18 sampai 70 tahun di Aceh Jaya baru saja keluar dari penjara karena tidak membayar pajak sebesar Rp 7,5 / tahun.
Semua orang di sana pada waktu itu, tanpa kecuali sepakat untuk menyumbang. Ini juga merupakan bagian gembira dari menyambut kemerdekaan. Kakek Sandang dan ayahnya kemudian menjual sebidang tanah seharga Rp 100. Tanahnya dijual seharga Rp 200 namun dia segera buru-buru mencari uang. Begitu uangnya dikantongi, hanya diserahkan kepada satu orang yang ditunjuk.
Saat itu, usia tua Sandang masih 23 tahun. Sebagai bukti telah menyerahkan uang tersebut, Kakek Sandang diberi ikatan. Daud Beureueh telah berjanji bahwa dalam waktu 40 tahun orang akan diberi ganjaran atau penghargaan.
"Saat itu saya membantu negara kita sudah masuk. Merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya untuk membantu negara, saya dengan tulus membantu, tidak mengharapkan apapun, kami membantu tanpa paksaan," terang kakek Sandang yang belum pernah di pesawat.
0 Response to "Saya Bangga : Kata Kakek Sandang Ikut Patungan Beli Pesawat Pertama RI"
Post a Comment