Polisi Harus Menangani Korban Perkosaan WN Prancis di Labuan Bajo

Komnas Perempuan menyesalkan terjadinya kekerasan seksual di Labuan Bajo, NTT. Polisi diminta untuk melakukan bantuan psikologis kepada warga Prancis WN memperkosa korban.

"Korban yang harus ditangani, pasti trauma luar biasa kan," kata Komisioner Komnas Perempuan Magdalena Sitorus, Jumat (22/6/2018).

Komnas Perempuan juga meminta pemerintah daerah untuk menyediakan mekanisme pengaduan untuk mencegah kekerasan seksual. Ini memastikan keamanan pemandangan.

"Seharusnya ada mekanisme pengaduan, jadi kalau misalnya, kalau turis itu mikirnya itu daerah aman, tapi sudah ada informasi kalau ada ketidakamanan di tempat mereka pergi, ke mana mereka harus pergi," kata Magdalena. .

Magdalena mendesak tempat-tempat wisata untuk mensosialisasikan informasi yang memadai terkait dengan keamanan. Dia mengatakan, dengan nomor pengaduan khusus, itu bisa mencegah kekerasan seksual terhadap wisatawan.

"Jadi sebelum itu terjadi, pencegahan kekerasan seksual tidak boleh terjadi, sehingga mekanisme perlindungan sebelum terjadi juga sudah diperingatkan jika ada perasaan tidak nyaman wisatawan untuk berada di sana apa yang harus dilakukan," katanya.

Kasus perkosaan ini terjadi pada hari Selasa (12/6). Pelaku yang bukan pemandu wisata resmi mengawal korban ke lokasi air terjun Cunca Wulan di Labuan Bajo. Setelah itu, pelaku ketakutan dan mengancam korban yang merupakan warga negara Perancis akan diperkosa dengan teman-temannya. Korban akhirnya memenuhi permintaan pelaku.

Pelaku bernama Constantine Andi Putra (35) telah ditangkap oleh polisi dalam waktu 10 hari dan harus bertanggung jawab atas tindakannya. Dari tangan pelaku, diperoleh beberapa bukti berupa uang tunai hingga paspor. Polisi juga masih memeriksa Konstantinus untuk penyelidikan kasus.

"Status tersangka masih diperiksa di sana (Polres Manggarai Barat), masih berkoordinasi dengan Polisi Resor Sumba Barat akan ditangani di Manggarai Barat karena lokus delikinya di sini," kata Kapolsek Manggarai Barat AKBP Julisa Kusumawardono ketika dihubungi.